Rabu, 07 Juni 2017

Melihat Kenangan



Hari ini saya menemukan satu buku tulis saat saya kuliah dulu. Selain saya gunakan untuk menulis materi kuliah, buku itu juga saya gunakan untuk menulis puisi. Membaca puisi lama saya seperti melihat kenangan. Dulu, puisi saya jadikan media untuk curhat yang tersamarkan. Masa kuliah saya sering menulis puisi tapi tidak saya publikasikan hanya untuk kesenangan pribadi saja, meluapkan apa yang tidak bisa saya katakan. Contohnya yang satu ini.

Belum Ingin Berhenti
(Bersahabat dengan Dunia)
 
Aku… Aku…
Belum ingin berhenti
Walaupun terasa berat
Walaupun penuh keluh kesah
Walaupun semua terasa penuh
Menjejali pikiranku

Aku… Aku…
Belum ingin berhenti
Tuk bersahabat dengan berat itu
Tuk bersahabat dengan keluh kesah itu
Tuk bersahabat dengan semua yang menjejali pikiranku

Aku… Aku…
Belum ingin berhenti
Karna aku… aku… tak akan melawannya
Tapi aku… aku… akan bersahabat dengannya
Dan sudah pasti
Aku… Aku…
Belum ingin berhenti
Bersahabat dengan duniaku…

Puisi ini saya tulis tahun 2007 dan malam ini saat membacanya saya seperti tersedot kembali ke masa itu. Dulu  mungkin itu terasa berat, tapi sekarang itu menjadi kenangan yang memberikan pelajaran bagi saya sendiri. Jadi menurut saya, sebuah tulisan tidak hanya untuk dibaca orang lain tapi suatu hari juga untuk dibaca oleh diri sendiri kemudian kita sebagai penulisnya merenungi pelajaran di dalamnya.  

Jadi, kalau ada waktu cobalah membaca tulisan-tulisan lama kita. Biasanya sensasinya akan berbeda saat menulis dulu dan saat membacanya sekarang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar