Kamis, 06 Maret 2014

Who Wants To Be A Blogger

Photobucket 

Saya mengenal blog di tahun 2010. Saat itu, saya sedang mengikuti sekolah menulis cerpen online dan salah satu dari teman di sekolah tersebut menyarankan teman-teman untuk membuat blog sebagai media untuk mempublikasikan karyanya. Saya langsung tertarik untuk mencobanya dan blog berhasil mencuri hati saya.

Dengan blog saya seperti punya diary dalam bentuk berbeda dan tidak ada komentar. Sebelumnya saya memang suka menulis dan menggunakan media buku untuk menyimpan semua tulisan-tulisan saya (waktu itu masih malu-malu hehe).  Seiring berjalannya waktu saya menjadi lebih percaya diri khususnya karena blog juga bisa menambah teman-teman baru salah satunya dari dunia menulis. 

Media ini memang sangat pas untuk mereka yang suka menulis dan sharing. Dari blogger yang lain saja saya bisa mendapatkan banyak pelajaran. Ada blog yang menceritakan pengalaman mereka sebagai guru, backpacker, ibu rumah tangga, penulis, pencinta kuliner, dan lainnya. Walaupun tidak ikut merasakan langsung pengalaman mereka, tapi dengan membaca cerita dan pengalaman mereka di blog tersebut rasanya saya jadi terhanyut bahkan kadang sangat ingin bisa melakukannya langsung (khususnya kalau blog personal soal jalan-jalan dan kuliner hehe). Secara tidak langsung, saya pun belajar banyak dari membaca blog-blog tersebut.

Saat tulisan ini saya posting, saya menemukan komunitas Blogger Energy yang informasinya juga berasal dari seorang blogger, Sandi Iswahyudi, yang saya kenal dari Komunitas menulis Malang Menulis. Yang menarik perhatian saya saat jalan-jalan ke Blogger Energy adalah cara mereka menyaring anggota yang ingin ikut menjadi bagian dari komunitas ini.

Sebagai informasi, Blogger Energy memberikan syarat untuk kita yang berminat bergabung untuk membuat posting mengenai seluk beluk blog kita. Saya jadi berandai-andai kalau semua blog memiliki posting seperti ini di halaman depan pasti sangat berguna. Jadi sebelum pengunjung jalan-jalan ke blog kita, mereka tahu isi blog itu apa saja. Setidaknya, blog yang dikunjungi jelas dan memang yang sedang mereka butuhkan. Saya pun baru sadar pentingnya hal ini sekarang.


Kalau blog saya ini, seperti tagline-nya Coretan Pikiran, maka blog ini memang berisi coretan pikiran saya. Seperti yang saya jelaskan di atas, saya suka menulis di buku dan kini beralih ke blog ini. Konten blog ini beraneka ragam tapi saya jelaskan yang seringkali saya isi saja yang lain bisa dijelajahi sendiri jika teman-teman berminat. 

1.    A Moment to Remember: tag ini berisi semua kenangan yang memang perlu saya ingat dan jadikan pelajaran baik itu sedih dan senang. kadang dengan membaca kembali posting-postingnya saya bisa terhibur kok, silakan dicoba.

2.    Belajar dari Jalanan: seperti namanya, tag ini berisi tulisan mengenai pengalaman saya saat jalan-jalan. Sering kali banyak hal yang bisa kita pelajari hanya dari jalan-jalan. Sebelum dipelajari sebaiknya ditulis dulu agar setiap saat bisa dibaca. 

3.    Books: Karena saya suka menulis kurang pas rasanya kalau tidak ada karya. tag ini saya khususkan untuk karya saya yang sudah dibukukan. Saat ini masih dalam bentuk antologi bersama tapi cita-cita saya ingin menerbitkan buku saya sendiri dan menjadi bagian dari tag yang saya buat ini. 

4.    Poem: salah satu jenis tulisan yang saya suka adalah puisi dan ada beberapa puisi karya saya yang saya posting di sini. boleh ditengok kalau berminat. 

5.    Resensi: yang ini masih anget. Saya membuat tag baru ini karena jalan-jalan ke blog milik Sandi Iswahyudi. Resensi bukunya banyak banget dan akhirnya saya tahu kalau dia juga tergabung dalam komunitas pecinta buku “Booklicious Malang”. Ada beberapa buku dan film yang saya resensi di tag ini sebagai langka awal. Semoga memberikan informasi berguna bagi sahabat blogger lainnya. 

Nah, itu pengalaman dan alasan saya menemukan rumah virtual yang disebut blog ini. Untuk itu juga mengapa saya mencoba menularkan virus bernama blog ini kepada sahabat-sahabat saya di Komunitas Malang Menulis. 

Bagi yang belum punya blog pun tidak masalah, coba isi blog yang menawarkan posting karya orang lain. Dengan rutin melakukan posting nanti dengan sendirinya kita akan semakin tertarik untuk membuat blog dan merasakan manfaat dari blog.

So, who wants to be a blogger? Let’s join us (klik bannernya)
 

Rabu, 26 Februari 2014

Rasa Ini Rumit, tapi Harus Tetap Diselesaikan






Judul Buku           : Partisi Hati
Pengarang            : Ihwan Hariyanto
Penerbit                 : Mozaik Indie Publisher  
Tahun terbit          : 2012
Jumlah Halaman  : 314 halaman
Genre                     : Fiksi- Novel Psikologi
Desain sampul      : Ihwan Hariyanto
Tebal                       : 13×19 cm


         Cinta itu pilihan dan butuh ketegasan. Itulah yang harus dilakukan oleh Rahman, Cahaya dan Afri. Tiga tokoh ini terlibat dalam sebuah dilema cinta yang rumit. Tentu, memilih tidak akan segampang kelihatannya. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan jika itu terkait soal perasaan apalagi cinta.

         Rahman, dalam kegundahan hatinya ia menemukan sosok wanita cantik bernama Carrisa. Mereka berkenalan dengan cara yang tak biasa. Hati Rahman semakin berbunga-bunga karena perhatian yang diberikan Carrisa termasuk menanyakan nomer ponsel Rahman terlebih dahulu.  Hubungan pun berlanjut hingga mereka jadian walaupun prosesnya berliku. Buat Rahman, cinta adalah komitmen untuk mencintai dan dicintai. Udah terlalu lama aku teraniaya rasa sepi dan kesendirian. Aku merindukan waktu-waktu untuk bisa mencintai dan dicintai seseorang (hal: 44).

         Afri, kebaikan dan perhatian Evan kepada Afri membuatnya memendam rasa cinta. Di sisi lain, sosok Evan yang play boy membuat Afri bimbang walaupun cintanya hanya diam-diam. Gangguan dari sosok misterius Bad Guy yang dikenalnya lewat chatting membuat hari-hari Afri semakin gundah. Bahkan ketika Evan mengungkapkan rasa yang sebenarnya justru Afri semakin bimbang dan marah. Buat Afri, cinta adalah dilema (hal:144).

         Cahaya, kebiasaan chatting membuat Cahaya dekat dengan sosok Tomy dan beberapa sosok lain. Walaupun sebatas chatting tapi Cahaya terlibat cinta yang dalam dengan Tomy. Belum lagi hubungannya dengan Zack membuat kisah cintanya semakin rumit. Buat Cahaya, cinta adalah kejujuran dan perhatian. Soalnya Tomy tuh bisa membuktikan kalau aku ini bukan sekadar pacar chatnya doang. Dia juga sering ngasih perhatian, baik di dunia maya maupun nyata (hal: 34).

         Novel Partisi Hati disajikan dengan cara yang tidak biasa khususnya dalam menuliskan alur cerita dan karakter 3 tokoh tersebut. Beberapa istilah dalam chatting, petikan lagu, penggunaan bahasa Inggris, dan detail setting kota Malang menjadikan novel ini memiliki kekuatan tersendiri. Belum lagi kejutan yang berhubungan dengan jati diri dan hubungan emosional ketiga tokoh di atas membuat novel ini layak untuk di baca sampai selesai. Bahasa yang digunakan juga lugas sehingga mudah dipahami dan mengimbangi alur cerita yang sedikit rumit dan menggunakan banyak tokoh pendukung.        

Resensor: Andri Surya 

Selasa, 04 Februari 2014

Inilah Aku



Puisi yang saya tulis ini pernah saya ikutkan lomba untuk salah satu sekolah menulis online di tahun 2011. Seingat saya, puisi ini sempat lolos ke tahap 2 penjurian namun kandas setelahnya. 

Ada teman yang bilang kalau saya selalu pakai kata ganti orang pertama atau aku dalam kebanyakkan tulisan saya. Entahlah, sejak mulai menekuni dunia menulis saya cenderung memakai aku di dalamnya. Lebih terasa saja kalau dibaca dan diresapi, termasuk dalam puisi “Inilah Aku” di bawah ini. Mungkin genre saya “akuisme”. Uniknya, salah satu sahabat saya yang membaca puisi ini langsung nyeletuk, “itulah kamu”. 


Inilah Aku
Inilah aku
Dengan segala lebih dan kurang ku
Aku hanya ingin menjadi separuh sayapmu
Aku hanya ingin menjadi rintik hujan pemberi kesejukan buatmu
Aku hanya ingin menjadi pohon rindang pelindung panas terik untukmu

Inilah aku
Dengan segala lebih dan kurang ku
Mungkin aku bukan burung yang punya sayap
Tapi dua tanganku ingin kujadikan separuh sayap dan memegangimu erat
Mungkin aku bukan rintik hujan yang memberi kesejukan
Tapi aku mencoba menyejukkanmu lewat ungkapan kataku
Mungkin aku juga bukan pohon rindang pelindung panas terik
Tapi biarlah panas terik menyengatku

Inilah aku
Dengan segala lebih dan kurangku
Yang ingin menjadi sesuatu buatmu


Tanggal posting di note FB: 10 Mei 2011

Kamis, 30 Januari 2014

Ini Bekal dari Kami untuk Kau, Ananda





Judul buku: Ajarkan Aku Cinta
Penulis: Abyz Wigati
Penerbit: LKH Production
Tahun terbit: 2012
Tebal buku: 205 halaman 

Di sela-sela misi penyelesaian menu yang ada di Buku Antologi “Bakso” Arema dari Malang Menulis yang launching tanggal 26 Januari 2014 lalu, saya mencoba melirik 2 buku lain. Salah satu yang menarik tentu saja buku dari founder Malang Menulis Mbak Abyz Wigati. Pasalnya, saya juga ikut bergabung dengan Malang Menulis dan ada keinginan untuk membaca karya-karya beliau. Buku ini juga terasa spesial karena merupakan bingkisan dari awarding Malang Menulis dimana cerpen “Pemuda dan Daun Gugur” terpilih menjadi cerpen terbaik versi Malang Menulis.

Awalnya, saya kira bingkisan ini tertukar sama seperti sertifikat saya yang tertukar dengan Mbak Yuyun, Koordinator Malang Menulis terdahulu. “wah ketuker juga nih.” batin saya karena tema bukunya pengalaman pengasuhan anak. Saya berpikir,  saya belum punya anak pun saya tidak akan menjadi ibu. Tapi setelah saya rasakan lagi saya jadi berpikir oke coba saya baca dulu saja, siapa tahu bisa jadi bekal kalau punya anak nanti dan bisa juga saya serahkan ke istri saya untuk tambahan ilmu pengasuhan anak. Karena ilmu tak lengkang waktu, jadi tak ada salahnya mengulas buku ini walaupun buku lama. Lagipula, saya baru berkesempatan membaca sekarang.

Memandangi desain cover buku yang berjudul “Ajarkan Aku Cinta” ini, saya teringat pelajaran menggambar waktu SD, sangat sederhana dan khas anak-anak. Lalu, saya mulai membaca satu demi satu cerita yang disajikan didalamnya. Setelah melewati beberapa “kasus” dalam bukunya saya berguman ibu-ibu banget (khususnya ibu rumah tangga). Mengapa saya berguman seperti itu? karena ibu saya pun seorang ibu rumah tangga. 

Format penulisan yang berbentuk diary membuat cerita-cerita di dalamnya ringan untuk dibaca namun berbobot dalam esensinya. Beberapa “kasus” pun (walaupun tidak sama persis) mengingatkan saya pada masa kanak-kanak saya. Contohnya, pada “kasus” eyang dan cucu-cucunya, mengapa harus upacara bendera dan kemah pertama, mengasyikan?

Salah satu kasus yang menarik perhatian saya adalah cerita Ummi kok nggak sholat?. Saat itu salah satu putra Mbak Abyz menanyakan mengenai datang bulan. Saya sangat penasaran dengan jawaban para ibu saat pertanyaan itu terlontar dari putra-putri mereka khususnya yang masih di bawah umur.  Karena saya waktu kecil tidak sekritis itu. Seingat saya, akhirnya saya tahu apa itu datang bulan pada saat pelajaran di sekolah. Tapi karena anak-anak sekarang memang cenderung kritis maka jawaban yang dilontarkan oleh Mbak Abyz untuk menyelesaikan kasus ini mungkin memang tepat.    

Paling penting menurut saya, buku ini semacam penjabaran mengenai bekal orang tua yang seharusnya diberikan kepada putra-putri. Secara tak langsung, Mbak Abyz dan suami ingin menularkan apa yang menjadi keyakinan mereka pada ketiga putra da putrinya hanya saja tidak dengan cara memaksa atau cara yang tidak mengenakkan. 

Bekal itu mungkin tidak terasa bagi putra-putrinya tapi saya yakin kelak mereka akan merasakan bahwa bekal itu sangat berguna untuk mengarungi samudra luas kehidupan. Seperti yang saya utarakan di awal tadi, ibu saya juga seorang ibu rumah tangga dan fokus membesarkan kami berempat. Setidaknya sangat terasa sekali bekal yang kami peroleh dan rasakan hingga kami dewasa. Kami pun bisa lebih enak saat bercerita apa saja kepada ibu. Bahkan, bapak saya tahu ada yang tidak beres kalau kami justru pulang-pulang diam dan tidak bergurau dengan ibu.  

Jadi, saya tutup buku tersebut dengan kesimpulan bawah buku yang datang ke saya ini tidak tertukar. Sama seperti quote yang saya dapatkan beberapa hari yang lalu “We don’t meet people (or books) by accident. They are meant to cross our path for a reason." So, Insyaallah saya simpan buku tersebut dengan baik agar kelak bisa dibaca istri saya sebagai tambahan khasanah ilmunya sebagai seorang ibu.

Selasa, 28 Januari 2014

Aku Percaya Tanganmu Tak Membahayakan Aku


image: gstatic.com

Tayang Indonesia: November 2013
Rilis Bioskop: 27 November 2013
Genre: Animation 3D Family Fairy Tale
Director: Chris Buck, Jennifer Lee
Writer: Jennifer Lee
Production: Walt Disney Pictures
Official from: disney.com
Official site: Disney.com/Frozen
Starring:
- Kristen Bell -as- Anna (voice)
- Idina Menzel -as- Elsa the Snow Queen (voice)
- Josh Gad -as- Olaf (voice)
- Jonathan Groff -as- Kristoff (voice)
- Santino Fontana -as- Hans (voice)
- Alan Tudyk -as- Duke of Weselton (voice)


Bagaimana jika kamu memiliki kekuatan yang justru membahayakan saudaramu? Jawaban pertanyaan ini salah satunya bisa dilihat di film animasi berjudul Frozen. Film ini bercerita mengenai 2 perempuan kakak beradik yaitu Anna yang diisi suaranya oleh Kristen Bell dan Elsa yang didubbing oleh Idina Menzel. Mereka berdua sangat akrab sejak kecil. Salah satu yang membedakan mereka berdua adalah Elsa yang memiliki kekuatan bisa ‘memainkan’ es. 

Kesalahan fatal dilakukan oleh Elsa saat bermain dengan Anna. Kesalahan itu berujung dijauhkannya Elsa dari Anna hingga beranjak dewasa. Suatu hari istana mengadakan open house dimana akhirnya Elsa dan Anna bertemu lagi dalam sebuah perjamuan. Sayangnya, kembali ada kejadian yang berhubungan dengan kekuatan Elsa yang membuat perjamuan tersebut berantakan.
Akhirnya Elsa memilih keluar dari istana dan menjadi Snow Queen dengan membuat kerajaannya sendiri. 

Rupanya, hal ini justru membuat istana dan sekitarnya mengalami musim salju yang berkepanjangan. Jadilah, Anna memiliki misi untuk mencari kakaknya sekaligus mengembalikan istana menjadi normal kembali. 

image: wikimedia.org


Cerita di film animasi ini diberi bumbu lain seperti kehadiran pangeran, pemuda penjual balok es, dan Olaf karakter manusia salju yang hidup karena kekuatan Elsa. Mungkin pada awalnya akan terlihat seperti kisah-kisah yang sudah ada tapi ternyata banyak kejutan, apalagi dengan gambar cover yang seperti di atas yang bisa terbayang ceritanya akan seperti apa.

Terlepas dari saya yang hanya penikmat film animasi dan tidak paham grafis, gambar film ini sangat bagus khususnya pada gerakan bibir yang hampir mirip dengan ucapan pengisi suaranya. gerakan air saat salah satu pangeran tercebur ke air juga halus seperti gerakan air sungguhan. 

Soundtrack film ini juga keren, beberapa lagu dimasukkan dalam film ini hingga terlihat seperti film animasi musikal (sama dengan Tangled). Lagu saat Anna saat membujuk Elsa keluar kamar dan bermain bersama serta lagu saat Elsa keluar istana dan membangun istana esnya sendiri adalah 2 lagu yang saya suka dalam film animasi ini.

Pesan yang saya dapat setelah menikmati film animasi ini, bahwa kasih sayang dalam hal ini persaudaraan akan mengalahkan segala hambatan termasuk kekuatan Elsa yang membahayakan bahkan musuh dalam selimut. Rasa percaya yang tinggi juga menentukan keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. seperti Anna yang sangat yakin bahwa kakaknya, Elsa tidaklah jahat dan tidak menyakitinya sama sekali.