Minggu, 27 Oktober 2013

Behind the Scene Acara Perdana Komunitas Malang Menulis



Apa sih yang heboh ketika sebuah perhelatan digelar? Salah satu yang sudah jelas adalah kehebohan acara itu sendiri saat sudah dimulai. Tapi sebenarnya, ada satu lagi kehebohan yaitu behind the scene acara itu sendiri, bener nggak? 

Bayangkan, sebagai tim kita harus mempersiapkan sebuah acara setidaknya 1 bulan atau bahkan sebelum itu untuk durasi acara yang berkisar antara 1.5 jam hingga 2 jam saja. Saya ngomong begini karena baru saja membantu komunitas menulis “Malang Menulis” yang saya ikuti, kemarin (27/8/2013). Acara ini bertempat di Toko Buku Diskon, Togamas, Malang. Dan yang seperti saya bilang tadi, behind the scene dari acara ini juga tak kalah hebohnya! 

Teman-teman komunitas sempat ragu apakah bisa membuat acara dengan anggota yang aktif tersebut. Tapi, founder Malang Menulis tetap menyakinkan kita bahwa pasti bisa. Setidaknya dicoba dulu. Alhasil, kita terus melangkah. 

Ribet sekali memang. Mulai sulitnya menentukan jadwal ngobrol yang pas agar panitia bisa hadir semua. Ini mengingat panitia berasal dari berbagai latar belakang profesi dengan tingkat kesibukan yang berbeda-beda pula. Untungnya, masih ada media jejaring sosial yang bisa dimanfaatkan, salah satunya untuk hal-hal semacam ini. 

Iseng-iseng, saya coba lihat berapa banyak postingan di inbox Facebook sebelum acara ini digelar. Hasilnya luar biasa! Ternyata sudah lebih dari 1050 messages yang kita tuliskan untuk ngobrol mengenai acara yang digelar untuk memperingati Bulan Bahasa ini. Mulai membentuk kepanitian, share hasil ngobrol dengan berbagai pihak, share sertifikat lomba, sampai ngobrol naik angkotnya hehe. Tapi dengan beginipun nyatanya Alhamdulilah, acara perdana Komunitas Malang Menulis juga bisa terlaksana dengan baik. 

Jumlah peserta rupanya juga membeludak di hari terakhir pendaftaran. Peserta yang awalnya hanya 25 anak rupanya meningkat hingga menjadi 60 anak. Akhirnya, kami kelimpungan juga. Uniknya, persiapan hari terakhir, teman-teman yang datang minim (saya juga nggak datang, maaf harus mencari sesuap nasi hehe). Kabarnya, teman-teman Malang Menulis melakukan persiapan di Toko Buku Togasmas hingga larut malam sekitar pukul 22.30, padahal rata-rata transportasinya naik angkot. Salut!

"Krisis tenaga!" kata Mas Kholid (Mbak Abzy (berkerudung), Koko dan Mbak Yuyun)

Pas hari berlangsungnya acara, ternyata peserta beserta orangnya sudah pada heboh. Mereka bahkan datang sebelum Togamas dibuka. Waktu saya datang saja, meja regritrasi sudah penuh gerombolan orang tua yang mau mendaftarkan ulang putra-putri mereka. Kehebohannya mengalahkan putra-putrinya yang mau lomba hehe. Acara berlangsung jam 09.00 dengan pembukaan dari founder Malang Menulis Mbak Abzy dan pihak Togamas, Mas Fandy.  

Panitia lagi heboh di meja registrasi
It's show time
Satu hal yang jadi catatan untuk diri saya sendiri adalah keharusan untuk olahraga lagi! Yeaaah! Naik turun dari lantai 1 ke lantai 3 itu ngos-ngosan banget! Mungkin itu efek karena saya jarang olahraga lagi. Sebagai informasi, dulunya saya suka berenang dan jalan-jalan di Sabtu pagi. Yang paling kerasa itu pas beli air mineral dengan jalan kaki sama angkat-angkat meja dan kursi haha. Tapi rasa lelah itu berganti rasa puas karena acara yang dipersiapkan dengan berbagai lika-likunya itu berjalan lancar dan sukses. 

Selain itu, saya juga dapet sedikit ilmu mengenai fotografi  jurnalistik dari founder Malang Menulis yang lain Mas Kholid Amrullah. Mas Kholid memang sudah berkecimpung di dunia jurnalistik untuk beberapa waktu jadi tahu tuh bagaimana cara mengambil foto yang baik. Thanks  Mas hehe.

Nah, bener, kan? behind the scene acara juga heboh sama seperti acaranya pada saat digelar? Bagi teman-teman khususnya yang tertarik dengan dunia membaca dan menulis yang membaca postingan saya ini kemudian berminat untuk join, silakan gabung. Ada acara kumpul-kumpul 1 bulan sekali dan gratis. Konsumsi bawa sendiri-sendiri ya….syukur-syukur kalau ada yang bawa banyak hehehe.

Jumat, 25 Oktober 2013

Oleh-Oleh dari Workshop Tulis Nusantara 2013



Sudah lama saya tidak merasakan hawa-hawa perkuliahan dan hari Rabu, 23 Oktober 2013 yang lalu hawa itu seperti saya rasakan kembali. Ya, secara singkat hal itu yang saya rasakan saat duduk di deretan peserta Workshop Tulis Nusantara 2013 yang diadakan di Malang tepatnya di Ria Djenaka. Kenapa saya bilang seperti kuliah bahkan lebih menarik dari kuliah adalah karena materi yang dipaparkan pemateri.

Pertama, ada Mas Ega founder NulisBuku.Com, tempat dimana ribuan buku dari penulis-penulis muda diterbitkan. Dari sharing hari itu, dapat dilihat bahwa antusiasme masyarakat yang ingin menulis dan menelurkan sebuah karya sangat besar. Menurut informasi dari founder NulisBuku.Com ini, Malang adalah kota dengan peserta workshop terbanyak. 
Saya dan mungkin semua perserta workshop yang sangat suka menulis merasa dimanjakan. Menurut foundernya, portal Nulis Buku bisa diibaratkan sebagai YouTube-nya penulis, keren kan? Layout untuk keperluan penerbitan buku juga sudah ada semua di situ. 
Sudah ada ribuan buku terpampang di situ, yang tertarik juga boleh langsung pesan. Selain itu, workshop hari itu juga gratis se gratis-gratisnya hehe. Peserta dapat makan dan minum dan goody bag. Belum lagi acara bagi-bagi buku untuk penanya terbaik.

Kedua, ada sharing dari Mbak Windy Ariestanty yang seorang penulis dan juga editor salah satu penerbit ternama. Selain, menceritakan pengalamannya sebagai seorang penulis, Mbak Windy juga bercerita dari sisi editor. 
Menurutnya, editor bukanlah sosok yang akan menghancurkan naskah seorang penulis namun justru memberikan feedback positif baik penulis itu sendiri maupun naskah yang nantinya akan diterbitkan. Tentunya, ia juga memberikan tips-tips renyah seputar menulis hingga terbit. Saat ini saja bukunya suda ada 8 buah. Salah satu pernyataan Mbak Windy yang saya ingat adalah 

“Jika masuk perpustakaan lalu tidak menemukan buku yang menarik seperti yang kamu inginkan maka tugas kamu untuk menuliskannya.” 

Menulis juga bukan perkara simsalabim yang langsung jadi. Ada proses yang harus dilewati hingga akhirnya naskah diterima penerbit dan akhirnya diterbitkan. Nyatanya, tugas seorang penulis juga tidak hanya selesai setelah buku diterbitkan. Lebih jauh lagi, sebagai penulis kita juga tetap rajin mempromosikan buku kita tersebut. Minimal kita harus percaya diri dengan apa yang sudah kita tulis. 

Ketiga, ada pemateri dari Plot Point Kreatif (maaf lupa saya namanya mbaknya hehe). Karena workshop ini berhubungan dengan lomba tulis nusantara 2013 dengan tema “Merayakan Warna-Warni Indonesia”, pemateri dari Plot Point Kreatif memberikan  tips dan trik untuk mensisipkan budaya dalam karya yang akan kita tulis.

Ini dia corat-coret saya yang berhubungan dengan materi tersebut

Riset adalah kuncinya. Kalaupun ingin berlatih menentukan aspek budaya coba perhatikan film-film yang kita tonton atau buku yang kita baca kemudian tentukan mana saja yang termasuk aspek budaya. 

Workshop di akhiri dengan acara makan-makan dan foto-foto bersama sekali lagi ini gratis whehehe. Percaya kan, kalau workshop ini layaknya kuliah kepenulisan 4 SKS? 

Dokumentasinya ada di bawah sini
Sesi foto-foto saat Workshop Tulis Nusantara 2013 (dokumentasi: Nasta'in Achmad)

Sesi foto-foto saat Workshop Tulis Nusantara 2013 (dokumentasi: Nasta'in Achmad)