Minggu, 11 Juni 2017

Ketika Semua Tak Lagi Sama

ASP
23.19 WIB

Ketika Semua Tak Lagi Sama
Pastikan kau masih tegak melangkah
Melihat mereka yang semakin lincah
Pastikan kau masih bertahan
Tanpa seduh sedan, hanya senyuman


Ketika Semua Tak Lagi Sama
Sabarlah, karena kau tak sendirian
Aku telah menjelma menjadi mereka
Jadi, tetaplah berjalan beriringan
Menatap jalan panjang di depan sana


Ketika Semua Tak Lagi Sama
Tenanglah, akupun tak sendirian
Ada dia yang menuntunku berjalan
Menuju jalan panjang keabadian
Sembari melihat kalian yang terus beriringan










*Puisi yang terinspirasi setelah hari ini bertemu dengan suami dan putri kecil almarhumah teman saya semasa kuliah dulu.  
 

Sabtu, 10 Juni 2017

Tentang Teman Seperjalanan

Postingan kali ini idenya dari kalimat di pengumuman tantangan #nulisrandom2017. Ya, saya kira teman seperjalanan itu perlu dan penting. Teman seperjalanan tidak harus selalau sama dalam segala. Tentu akan selalu ada perbedaan dalam perjalanan tapi tetap satu visi. Justru dengan perbedaan tersebut kita bisa saling bertukar pikiran. 

Tapi, perbedaan saat berjalan juga sebuah ujian. Jika tidak disikapi dengan bijak perbedaan itu akan memporakporanda rencan awal dan berpisah jalan. Teman seperjalanan adalah teman yang saling mendukung. Saat teman sedang senang, maka kita ucapkan selamat. Di kala sedang sedih, kita beri semangat. Tujuannya tentu balik lagi agar tetap seperjalanan.

Contohnya, tantangan #nulisrandom2017 ini. Saya sangat senang dengan adanya tantangan ini. Dan benar, banyak teman seperjalanan dalam menulis. Saat mulai malas, lihat Facebook dan notifikasi dari teman-teman #nulisrandom2017, saya jadi semangat lagi. Belum lagi melihat teman-teman yang sangat antusias. Bayangkan saja, hari belum berakhir mereka sudah menanti status dari Mas Ega untuk tempat posting tulisan hari berikutnya! Wah keren sekali. Walaupun tidak secara langsung memberikan semangat tapi melihat antusiasme yang seperti itu, biasanya kita akan ketularan untuk ikut semangat. Walaupun tidak membaca semua dan setidaknya membaca 1 postingan teman seperjalanan, semangat saya juga tetap terjaga.  

Teman seperjalanan di tantangan #nulisrandom2017 pun berbeda-beda dalam karya. Ada yang menulis cerpen, flash fiction, diari, kenangan, artikel, puisi, dan bentuk tulisan lainnya. Tapi satu yang pasti, semua teman seperjalanan di tantangan #nulisrandom2017 memiliki visi dan misi yang sama. Kita ingin berkarya memberikan sesuatu yang positif bagi diri sendiri dan Indonesia (sambil bersenang-senang tentunya). Dan pada akhirnya bermuara pada titik penyelesaian, hari ke-30.



Saya kok jadi ingat diri saya sendiri yang sedang menanti teman seperjalanan yang masih entah di jalan mana hahaha #eh  

Jumat, 09 Juni 2017

Soal Syukur

Sembari sahur dan mengantuk, saya menyimak kajian yang ada di salah satu stasiun televisi. Kemudian, ada pertanyaan, apa itu bersyukur? Dalam ceramah tersebut dikatakan bahwa bersyukur adalah melakukan sesuatu dengan apa yang kita miliki secara maksimal. Misalnya, kita dianugerahi mata yang normal, apa wujud syukur kita, ya melihat yang baik-baik menjaganya serta merawatnya. 

Setelah lumayan sadar dari mengantuk dan makan sahur selesai, saya mulai memikirkan tentang jawaban syukur tadi. Timbul pertanyaan dalam diri saya. Lalu, bagaimana saya yang suka menulis dan membaca ini belajar untuk bersyukur? Kalau merujuk jawaban di atas, berarti saya harus menulis yang baik dan membaca buku yang baik.

Baik dalam hal ini adalah menulis untuk pengembangan diri  ke arah yang lebih positif dari sebelumnya. Mengambil sesuatu atau makna dari tulisan kita sendiri (pernah seperti tertampar dengan tulisan sendiri?). Sama halnya dengan membaca yang baik. Bagi saya itu artinya proses membaca buku juga untuk mengembangkan diri ke arah yang lebih positif. 

Belajar bersyukur memang tidak mudah tetapi tetap harus diusahakan selama masih hidup. Pun terus berkarya dan semoga suatu hari nanti saya bisa membanggakan Indonesia melalui karya. Itulah wujud syukur menurut saya yang suka menulis dan membaca ini. 


NB: Aaah… saya jadi ingat postingan lama yang judulnya “Ketika Televisi Berpetuah”  

Kamis, 08 Juni 2017

Puisi itu Apa



Sepertinya ini jadi puisi pertama saya di tahun 2017. Malam itu saya belum bisa tidur dan merasa agak lelah. Tiba-tiba saja beberapa kata berkelindan di pikiran saya. Langsung saja saya buka buku tulis dan mulai mencorat-coret. Jadilah puisi di bawah ini. 

Membuang Jenuh

Katamu, kau ingin membuang jenuh
Tuntaskan saja tulisan-tulisanmu
Tak perlu menerawang jauh
Ambil dari pengalamanmu, tambahkan sedikit bumbu

Katamu, kau ingin membuang jenuh
Jelajahi saja tempat-tempat favoritmu
Tak perlu jauh-jauh
Taman baru di pinggir kota saja ada yang belum kau tahu

Katamu, kau ingin membuang jenuh
Berjalan saja sejauh yang kau mampu
Tak sampai harus berpeluh-peluh
Tapi cukup untuk melemaskan tubuhmu

Katamu, kau ingin membuang jenuh
Baca saja satu buku
Tak perlu yang baru
Cukup lanjutkan buku lawasmu

Katamu, kau ingin membuang jenuh
Lakukan saja sesuatu yang baru
Tak perlu sampai membuatmu rubuh
Tapi cukup membuatmu melepas rasa yang menggelayut dari dulu

Katamu, kau ingin membuang jenuh
Tenangkanlah dirimu sebentar dulu
Tak perlu semua orang tahu
Cukup sampai kau puas membuang jenuh


Puisi semacam dialog saya dengan diri saya sendiri. Puisi menjadi seperti pengingat jika masih banyak yang perlu diselesaikan dan dilanjutkan. Lelah wajar saja, tapi sebentar saja karena setelah itu harus segera beraksi kembali. Yang paling penting dari kejenuhan ataupun kondisi yang tidak mood pun, kita masih bisa menghasilkan karya. Puisi ini juga sudah saya publish di akun storial saya.

Semoga bisa terus berkarya!