Sabtu, 03 Juni 2017

Belajar Menghidupkan Cerita Lewat Setting Tempat



Sebenarnya postingan kali ini saya buat juga untuk mengingatkan diri sendiri. Apalgi setelah blog wisata saya dihapus padahal saya nggak menghapusnya, hiks.... Jadi begini, salah satu elemen penting dalam tulisan atau novel adalah setting tempat. Beruntunglah para penulis yang mendapatkan kesempatan untuk berkeliling ke berbagai tempat disela-sela kesibukan harian dan menulisnya.

Sebenarnya seberapa penting setting tempat dalam sebuah cerita? ya sangat penting karena setting tempat membantu menghidupkan keseluruhan cerita. Saking pentingnya, beberapa penulis lebih suka mengunjungi tempat-tempat yang akan dijadikan setting novel mereka secara langsung. 

Kalau perlu, mereka tinggal di sana selama beberapa waktu untuk mendapatkan feel dari tempat itu sebelum akhirnya digunakan dalam tulisan. Dalam buku berjudul “Rahasia Sukses Bestseller Dunia” karya Hadjid Hamzah dikatakan bahwa Barbara Cartland selalu mencatat detail dari setiap tempat-tempat yang ia kunjungi. 


“Barbara dalam usianya yang sudah lanjut masih gembira menjelajah dunia, mencatat keunikan dan kekhasan tempat-tempat yang dikunjungi, merekam sejarahnya dan kemudian kelak dimunculkan dalam novel-novel asmaranya.”

Penulis yang dijuluki the Queen of Romance ini bisa dikatakan perfeksionis dalam karya. Setiap tempat yang digunakan dalam novelnya sudah harus benar-benar ia kunjungi dan ketahui. 

Contoh lainnya adalah Agatha Christie. Penulis yang dijuluki The Queen of Murder ini juga sering menjadikan pengalamannya berpetulangan untuk setting tempat. 

Masih di buku yang sama, dijelaskan kalau Agatha Christie pernah naik kereta The Orient Express yang sangat terkenal waktu itu untuk berkunjung ke suatu tempat. Pengalamannya naik kereta ini diabadikannya di salah satu novelnya berjudul Murder on The Orient Express.

Kalaupun belum sempat mengunjungi banyak tempat seperti para penulis best seller, cara lainnya dengan menggunakan setting tempat yang biasa kita kunjungi. Andrea Hirata menggunakan setting Belitong untuk novel Laskar Pelangi yang merupakan tempat kelahirannya. Ruwi Meita dalam novel Misteri Patung Garam juga menggunakan tempat-tempat di Indonesia seperti Surabaya.

Karena teknologi sudah berkembang, medianya bisa beragam. Nggak harus ditulis. Bisa lewat foto atau video. Telepon pintar sudah sangat mendukung aktivitas penulis. Tapi kalau ditulis sepertinya bisa sekalian latihan juga. 

Tentu saja, tidak masalah mau menampilkan setting daerah mana, mau sudah pernah dikunjungi ataupun belum. Yang paling penting adalah memasukkan setting tempat itu agar mendukung dan menghidupkan novel yang sedang kita tulis.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar