Senin, 04 April 2011

Ketika Pemotong Rambut Bercanda dengan Temannya

Beberapa hari yang lalu sebelum coretan ini ditulis, aku berencana untuk memotong rambut karena terlihat sudah terlalu panjang dan sudah bikin risih. Langsung saja aku tancap sepeda motor ketempat potong rambut langganan. Sampai disana aku harus menunggu sekitar 15 menit karena masih ada pelanggan lain. Tapi dengan menunggu itu coretan ini tercipta. Sepertinya coretan yang satu ini juga dapat dijadikan pelajaran kehidupan.
jadi ceritanya salah seorang teman dari Pak pemotong rambut itu datang dengan membawa kedua anaknya. tentunya bapak dengan dua anak itu juga memiliki tujuan yang sama dengan aku yaitu ingin memotong rambutnya. Berhubung aku yang datang duluan maka Pak pemotong rambut itu menanganiku terlebih dahulu.
Menariknya adalah percakapan mereka berdua tentang kehidupan. sambil menangani rambutku, pak pemotong rambut bercakap-cakap dengan temannya tersebut.
Pemotong rambut: Si x itu belum nikah-nikah ya? (membicarakan teman yang lain)
Temannya: iya padahal sudah waktunya.
Pemotong rambut: terus si xx itu juga belum punya anak ya padahal sudah lama nikah? (membicarakan teman lainnya lagi)
Temannya: iya mungkin belum rejeki, tapi kalau mau usaha bayi tabung itu bisa mungkin
walaupun keluar banyak uang tapi kan senang dapat anak.
Pemotong rambut: ya namanya rejekinya orang itu beda-beda, sudah ada yang mengatur.
Temannya: iya memang sekarang kehidupan lagi susah, cari yang haram saja sudah susah apalagi yang halal. ya yang penting usaha

Kira-kira seperti itulah obrolan mereka sambil terus memotong rambutku. Aku sendiri hanya ikut tertawa saat teman pemotong rambut itu mengungkapkan keluhannya. Kalau dipikir-pikir jika pernyataan "yang haram saja susah" ini Alhamdulilah deh minimal kejahatan tidak meraja rela. Untunglah walaupun bercakap-cakap semacam itu tapi mereka punya keluarga yang harmonis dan pekerjaan yang layak. Mungkin itu hanya canda mereka saja disela-sela menunggu giliran. Buktinya dengan hanya bekerja sebagai tukang potong rambut dan berjualan pulsa bapak itu mampu merenovasi "kantornya" itu. Aku tahu karena pada awal aku memotong rambut disana kondisinya jauh berbeda dengan sekarang. Bahkan saat itu beliau belum punya usaha isi ulang pulsa tapi sekarang ruangan itu cukup nyaman untuk para pelanggan yang datang dan adanya tambahan usaha isi ulang pulsa. Mungkin ini bukti kecil bahwa yang halal tidak susah kalau kita mau mencarinya dengan berdoa, telaten, dan ulet dalam bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar