Tanggal 31 Oktober 2015 saya berkesempatan untuk mengikuti
Seminar dan Semiloka “Translation in the Global Era”. Senang rasanya karena
saya seperti nostalgia masa kuliah dulu terlebih acara ini digelar di
Universitas Brawijaya dan oleh Fakultas Ilmu Bahasa (Prodi Sastra Inggris).
Pemateri dari Seminar dan Semiloka ini terdiri dari 4 orang yaitu Hananto Sudharto,
Arif Subiyanto, Anton Kurnia, dan John McGlynn. Semua pemateri tersebut sudah
malang melintang di dunia penerjemahan. Contohnya saja, Pak John yang sudah
menekuni bidang penerjemahan selama lebih dari 40 tahun dan telah membangun
Yayasan Lontar hingga 28 tahun (fokus pada penerjemahan buku-buku klasik
Indonesia). Berikut ini beberapa hal mengenai penerjemahan yang saya dapatkan
setelah mengikuti Seminar dan Semiloka tersebut.
Proses penerjemahan tidak hanya proses alih bahasa saja
Jika dikatakan bahwa proses penerjemahan hanyalah proses
alih bahasa dari bahasa sumber (bahasa asli) ke bahasa sasaran (bahasa lain),
maka hal ini tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, menurut pemateri, seorang
penerjemah juga harus memperhatikan berbagai hal dalam proses penerjemahan
termasuk soal estetika kata. Hal ini berkaitan dengan tujuan proses
penerjemahan itu sendiri, yaitu menyampaikan makna tulisan dalam bahasa yang
berbeda walaupun tidak diterjemahkan kata per kata. Walaupun begitu, bukan
berarti penerjemahan kata per kata salah karena ada penerjemah yang menggunakan
metode setia.
Selain itu, sebagai penerjemah kita juga harus memperhatikan aspek budaya baik budaya dari bahasa sumber ataupun bahasa sasaran. Contoh sederhana, jika di Indonesia panggilan Pak, Bu, Om dan lain sebagainya sangat umum namun saat diterjemahkan ke bahasa asing (Inggris) maka panggilan tersebut dirasa tidak perlu karena negara tersebut tidak menggunakan hal itu.
Selain itu, sebagai penerjemah kita juga harus memperhatikan aspek budaya baik budaya dari bahasa sumber ataupun bahasa sasaran. Contoh sederhana, jika di Indonesia panggilan Pak, Bu, Om dan lain sebagainya sangat umum namun saat diterjemahkan ke bahasa asing (Inggris) maka panggilan tersebut dirasa tidak perlu karena negara tersebut tidak menggunakan hal itu.
Proses penerjemahan adalah proses pemilihan diksi yang
sesuai
Semua pemateri sepakat bahwa proses penerjemahan juga harus
memasukkan unsur keindahan dalam kalimat. Tujuannya tentu selain agar
dimengerti oleh pembaca juga agar hasil terjemahan enak untuk dibaca.
Contohnya, penerjemah harus memperhatikan kesamaan bunyi pada akhir kalimat, ideom,
gaya penulisan, dan lain sebagainya. Dari pemateri, saya pun tahu bahwa satu
penerjemah dengan penerjemah lain bisa memiliki hasil terjemahan yang berbeda
tergantung dari metode yang mereka pilih dan tentu saja pengalaman belajar
mereka.
Kesulitan saat proses penerjemahan
Profesi penerjemah bukanlah profesi yang mudah. Ada banyak
tantangan yang harus dihadapi oleh seorang penerjemah. Salah satunya adalah
mengenai kalimat bahasa sumber yang terkadang tidak jelas. Menurut pemateri,
jika sampai itu terjadi maka kita haru melakukan 3 hal:
- Kita tidak perlu menerjemahkan kalimat tersebut
- Mengkonfirmasi kepada penulis (menanyakan maksud dari kalimat tersebut)
- Diberi tanda dan memberikan keterangan
Tantangan lain seorang penerjemah adalah soal waktu atau
deadline. Tidak jarang, para penerjemah dikejar waktu deadline yang mepet.
Padahal, untuk menghasilkan terjemahan yang enak dibaca dan sesuai dengan makna bahasa sumber tidak bisa dilakukan dalam
waktu singkat. Pemateri mencontohkan saat mereka harus menerjemahkan novel
dengan tenggat waktu 6 bulan atau menerjemahkan film untuk festival namun dalam
waktu beberapa hari saja.
Salah satu pemateri, Pak John mencontohkan bahwa ia
pernah menerjemahkan satu novel sastra hingga 1 tahun lebih. Namun, ada pula
yang ia memutuskan untuk tidak menerjemahkannya karena bahasa sumber yang multi
tafsir. Tantangan dukungan finansial pun dirasa masih kurang karena itu profesi
penerjemah khususnya penerjemah profesional masih tidak terlalu diminati. Hal
ini dibuktikan dengan sedikitnya penerjemah profesional.
Tips penerjemahan
Sekali lagi, proses penerjemahan adalah proses yang panjang
dan tidak langsung jadi dalam satu hari. Sebagai seorang yang sudah
berkecimpung di dunia penerjemahan selama lebih dari 40 tahun, Pak John
memiliki beberapa tips:
- Terjemahkan dahulu hingga selesai (sama dengan proses menulis). Hasilnya adalah draf pertama.
- Beristirahat (endapkan hasil terjemahan tersebut)
- Lakukan editing dengan melihat bahasa sumber dan hasil terjemahan
- Beristirahat
- Editing akhir (tanpa melihat lagi bahasa sumber)
- Serahkan pada klien
Saya setelah mengikuti Seminar dan Semiloka "Translation in the Global Era" (doc. pribadi) |
Nah, itu tadi setidaknya beberapa hal yang bisa saya dapatkan saat mengikuti Seminar dan Semiloka “Translation in the Global Era”. Tentu masih banyak lagi penjelasan dari para pemateri. Saya pun pernah menerjemahkan dan saya rasa profesi ini memang seru dan menantang.
Bagi saya,
setidaknya saat menerjemahkan kita belajar sesuatu yang baru, kita mau tidak
mau harus membaca, menulis, dan membuat kalimat yang dipahami tanpa mengubah
esensi atau makna dari bahasa sumber namun harus juga memperhatikan tenggat
waktu yang sudah disepakati. Oh ya, bonus dari menghadiri acara ini, saya juga bertemu dengan beberapa dosen saya waktu kuliah dulu.
“Saya pun sampai saat ini masih terus belajar menerjemahkan.”
- John McGlynn -
Inti nya tidak mengubah makna dari penulis nya yaaa
BalasHapusInti nya tidak mengubah makna dari penulis nya yaaa
BalasHapusIya betul, tapi juga harus enak dan dimengerti saat dibaca.
Hapus