Hari ini saya menemukan satu buku tulis saat saya kuliah
dulu. Selain saya gunakan untuk menulis materi kuliah, buku itu juga saya
gunakan untuk menulis puisi. Membaca puisi lama saya seperti melihat kenangan.
Dulu, puisi saya jadikan media untuk curhat yang tersamarkan. Masa kuliah saya
sering menulis puisi tapi tidak saya publikasikan hanya untuk kesenangan
pribadi saja, meluapkan apa yang tidak bisa saya katakan. Contohnya yang satu
ini.
Belum Ingin Berhenti
(Bersahabat dengan Dunia)
Aku… Aku…
Belum ingin berhenti
Walaupun terasa berat
Walaupun penuh keluh kesah
Walaupun semua terasa penuh
Menjejali pikiranku
Aku… Aku…
Belum ingin berhenti
Tuk bersahabat dengan berat itu
Tuk bersahabat dengan keluh kesah itu
Tuk bersahabat dengan semua yang menjejali pikiranku
Aku… Aku…
Belum ingin berhenti
Karna aku… aku… tak akan melawannya
Tapi aku… aku… akan bersahabat dengannya
Dan sudah pasti
Aku… Aku…
Belum ingin berhenti
Bersahabat dengan duniaku…
Puisi ini saya tulis tahun 2007 dan malam ini saat
membacanya saya seperti tersedot kembali ke masa itu. Dulu mungkin itu terasa berat, tapi sekarang itu
menjadi kenangan yang memberikan pelajaran bagi saya sendiri. Jadi menurut saya,
sebuah tulisan tidak hanya untuk dibaca orang lain tapi suatu hari juga untuk
dibaca oleh diri sendiri kemudian kita sebagai penulisnya merenungi pelajaran
di dalamnya.
Jadi, kalau ada waktu cobalah membaca tulisan-tulisan lama kita. Biasanya sensasinya akan berbeda saat menulis dulu dan saat membacanya sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar