Sebenarnya postingan kali ini saya buat
juga untuk mengingatkan diri sendiri. Apalgi setelah blog wisata saya dihapus
padahal saya nggak menghapusnya, hiks.... Jadi begini, salah satu elemen
penting dalam tulisan atau novel adalah setting tempat. Beruntunglah para
penulis yang mendapatkan kesempatan untuk berkeliling ke berbagai tempat
disela-sela kesibukan harian dan menulisnya.
Sebenarnya seberapa penting setting tempat
dalam sebuah cerita? ya sangat penting karena setting tempat membantu
menghidupkan keseluruhan cerita. Saking pentingnya, beberapa penulis lebih suka
mengunjungi tempat-tempat yang akan dijadikan setting novel mereka secara
langsung.
Kalau perlu, mereka tinggal di sana selama beberapa waktu untuk
mendapatkan feel dari tempat itu sebelum akhirnya digunakan dalam tulisan.
Dalam buku berjudul “Rahasia Sukses Bestseller Dunia” karya Hadjid Hamzah
dikatakan bahwa Barbara Cartland selalu mencatat detail dari setiap
tempat-tempat yang ia kunjungi.
“Barbara dalam usianya yang sudah lanjut masih gembira menjelajah dunia, mencatat keunikan dan kekhasan tempat-tempat yang dikunjungi, merekam sejarahnya dan kemudian kelak dimunculkan dalam novel-novel asmaranya.”
Penulis yang dijuluki the Queen of Romance
ini bisa dikatakan perfeksionis dalam karya. Setiap tempat yang digunakan dalam
novelnya sudah harus benar-benar ia kunjungi dan ketahui.
Contoh lainnya adalah Agatha Christie.
Penulis yang dijuluki The Queen of Murder ini juga sering menjadikan
pengalamannya berpetulangan untuk setting tempat.
Masih di buku yang sama,
dijelaskan kalau Agatha Christie pernah naik kereta The Orient Express yang
sangat terkenal waktu itu untuk berkunjung ke suatu tempat. Pengalamannya naik
kereta ini diabadikannya di salah satu novelnya berjudul Murder on The Orient
Express.
Kalaupun belum sempat mengunjungi banyak
tempat seperti para penulis best seller, cara lainnya dengan menggunakan
setting tempat yang biasa kita kunjungi. Andrea Hirata menggunakan setting
Belitong untuk novel Laskar Pelangi yang merupakan tempat kelahirannya. Ruwi
Meita dalam novel Misteri Patung Garam juga menggunakan tempat-tempat di
Indonesia seperti Surabaya.
Karena teknologi sudah berkembang, medianya
bisa beragam. Nggak harus ditulis. Bisa lewat foto atau video. Telepon pintar
sudah sangat mendukung aktivitas penulis. Tapi kalau ditulis sepertinya bisa sekalian latihan juga.
Tentu saja, tidak masalah mau menampilkan
setting daerah mana, mau sudah pernah dikunjungi ataupun belum. Yang paling
penting adalah memasukkan setting tempat itu agar mendukung dan menghidupkan
novel yang sedang kita tulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar