Kalau saya bicara
soal judul di atas jadi agak gimana gitu. Bukan apa-apa, saya masih anak bawang
di dunia penulisan tapi tetap saya ingin belajar dan terus belajar. Postingan
ini sebenarnya berkaitan dengan diskusi singkat saya bersama rekan penulis
(thanks sedikit sharingnya Mbak Prima Sagita).
Jadi, diskusi
berawal dari tanya jawab tentang dunia menulis gitu deh. Saya tanya ke Mbak
tersebut apakah genre tulisan gokil itu sudah passion-nya. Dalam grup itu
sendiri Mbak yang satu ini dikenal dengan tulisan-tulisan gokilnya. Lalu saya
lanjutkan dengan pertanyaan apakah genre itu “gue banget”. Dia sempat bingung
menjawabnya karena suka juga nulis yang nggak gokil. Tapi, pada akhirnya dia
tentukan bahwa nulis gokil itu “gue banget”. Menurut saya sih, menetapkan genre
yang gue banget dalam menulis itu perlu supaya kita fokus. Dengan terus
berlatih menulis genre itu kita akan semakin ahli dan lebih dalam saat
menceritakannya. Untuk tahap awal atau pencarian jati diri kita bisa deh
kesegala penjuru genre. Semakin sering kita nulis akan terlihat yang mana genre
kita sebenarnya dalam artian kita lebih menikmati proses menulis genre tersebut
dibanding genre yang lain. Ya, seperti Mbak Prima yang menganggap bahwa tulisan
gokil adalah tulisan yang “gue banget”.
Lalu, iseng-iseng
saya tanya deh diri sendiri “Terus genre yang gue banget apa?” wah...wah..
bingung juga saya nih jawabnya. Sebenarnya sih saya masih meraba-raba. Awalnya,
seneng banget bikin tulisan atau cerpen-cerpen yang menginspirasi yang berdasar
kisah nyata tapi kayaknya belum gue banget. Akhirnya saya pikirin dalem-dalem
apaan ya genre yang pingin saya tekuni? Penyelidikan diri sendiri pun dimulai. Awalnya
dulu waktu konsultasi cerpen saya buat cerpen berjudul “Aku dan Kemat”. Ini ceritanya
manusia dan monyet (lihat di sini). Lalu cerpen yang masih berjuang di salah
satu ajang lomba menulis cerpen juga sama itu manusia sama kuda.
Lebih jauh lagi, saya suka banget nonton film-film animasi yang “kehewan-hewanan” (bahasa yang aneh). Yang paling membekas itu film aminasi yang judulnya “The Lion King” (yang saya tonton sama temen-temen waktu kecil sampai nangis-nangisan segala pas bapaknya mati). Terus saya juga seneng lihat film animasi lain yang agak baruan dikit kayak “Happy Feet” atau “Dinosaur”. Bahkan saya seneng lihat film-film dokumenter yang berbau-bau hewan. Satu lagi, secara tidak saya sadari desain blog ini pun juga penuh dengan hewan (teliti lagi deh).
Lebih jauh lagi, saya suka banget nonton film-film animasi yang “kehewan-hewanan” (bahasa yang aneh). Yang paling membekas itu film aminasi yang judulnya “The Lion King” (yang saya tonton sama temen-temen waktu kecil sampai nangis-nangisan segala pas bapaknya mati). Terus saya juga seneng lihat film animasi lain yang agak baruan dikit kayak “Happy Feet” atau “Dinosaur”. Bahkan saya seneng lihat film-film dokumenter yang berbau-bau hewan. Satu lagi, secara tidak saya sadari desain blog ini pun juga penuh dengan hewan (teliti lagi deh).
Wah! sepertinya
saya agak sedikit mendapat pencerahan soal genre yang gue banget. Fabel! Ya....
Fabel! Sedikit bocoran saya sendiri sedang menggarap novel fabel sih sebenarnya
yang belum tahu kapan selesainya tapi pasti akan saya selesaikan!
Nah, sudah dapet
genre tulisan yang gue banget belum? Kalau sudah maka teruskan! Semangat! Tapi kalau belum ya....terus mencari
dan mencari. Ikut lomba dari berbagai genre, cari kecenderungannya atau selidiki
diri sendiri seperti saya gitu.
Sisanya ya terus menulis dan membaca!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar